Khamis, 7 Mac 2013
Perang saudara islam yang pertama (656–661), juga disebut sebagai Fitnah Pertama (Arab: فتنة مقتل عثمانTransliterasi: Fitnat Maqtal Uthmān "Fitnah pembunuhan Ustman"), adalah perang saudara besar pertama pada saat Kekhalifahan islam. Peperangan ini diakibatkan karena pembunuhan khalifah Utsman bin Affan.
Fitnah ini dimulai dengan serangkaian pemberontakan terhadap Khalifah Ali ibn Abi Talib, yang diakibatkan oleh pembunuhan terhadap khalifah sebelumnya yaitu Utsman bin Affan. Hal ini berlangsung sepanjang Ali memerintah dan diakhiri dengan pengangkatan Muawiyah sebagai khalifah menggantikan putra Ali bernama Hasan bin Ali yang menjadi khalifah selama beberapa bulan menggantikan khalifah Ali yang meninggal. Muawwiyah menandatangani perjanjian damai dengan Hasan bin Ali dan Muawwiyah mendirikan Dinasti Umayyah yang berkuasa selama beberapa abad diSemenanjung Arab.

Daftar isi

latar belakang

Utsman bin Affan dibunuh dirumahnya oleh para pemberontak dan pengacau. Alasan utama dari ketidakpuasan terhadap Utsman adalah nepotisme. Usman dianggap memilih anggota keluarganya sebagai gubernur dari propinsi propinsi penting. Ali ibn Abi Talib kemudian dipilih sebagai khalifah menggantikan Utsman bin Affan.

Pertempuran Basra

Ali ibn Abi Talib dan pasukannya bertempur dengan pasukan yang berpihak kepada Aisyah di Basra, Irak pada tahun 656 masehi[1]

Pertempuran Shiffin

Pertempuran ini terjadi di antara dua kubu yaitu, Muawiyah bin Abu Sufyan (sepupu dari Usman bin Affan) dan Ali bin Abi Talib di tebing Sungai Furat yang kini terletak di Syria (Syam) pada 1 Shafar tahun 37 Hijriah.

Pertempuran Nahrawan

Khawarij yang pada awalnya memaksa Ali untuk menerima perjanjian dengan Muawiyah ternyata merasa tidak puas dengan keadaan setelah perjanjian itu diberlakukan. Maka mereka memutuskan untuk berperang melawan Ali. Ali yang sebelumnya berencana menyerang Muawiyah di Damaskus, terpaksa membatalkan niatnya dan berperang melawan Khawarij pada pertempuran Nahrawan[rujukan?]

Kehilangan semua propinsi kecuali Kufa

Pasukan Muawiyah menyerbu dan menduduki kota kota dimana Gubernur dari pemerintahan Ali tidak mampu mencegahnya atau rakyat tidak mendukung sang gubernur untuk memerangi pasukan Muawiyah. Muawiyah akhirnya menduduki Mesir, Yaman dan beberapa wilayah lain.[2]

Hari terakhir Ali

pada tanggal 19 bulan Ramadhan, ketika Ali sedang beribadah di masjid Kufa, seorang Khawarij bernama Abd-al-Rahman ibn Muljam membunuhnya dengan pedang beracun. Ali, yang terluka oleh pedang beracun tersebut , hidup selama 2 hari setelah serangan sebelum meninggal pada tanggal 21 Ramadhan di kota Kufa tahun 661 A.D.[3]

Khalifah Hasan bin Ali

Setelah kematian Ali ibn Abi Talib, kekuasaan kekhalifahan diberikan kepada putra tertua Ali yaitu Hasan. Khalifah Hasan hanya memerintah beberapa bulan sebelum dia melakukan perjanjian perdamaian dengan Muawiyah dan menyerahkan kekhalifahan kepada Muawiyah.[4] [5]

0 ulasan:

Catat Ulasan